Selasa, 23 Februari 2010

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Hujan asam adalah suatu masalah lingkungan yang serius yang benar-benar difikirkan oleh manusia. Ini merupakan masalah umum yang secara berangsur-angsur mempengaruhi kehidupan manusia. Hujan asam merupakan hujan yang terkontaminasi dengan karbon dioksida dan gas klorin yang bereaksi serta bercampur di atmosfir sehingga tingkat keasaman lebih rendah dari pH 5.
2. Secara alami hujan asam dapat terjadi akibat semburan dari gunung berapi dan dari proses biologis di tanah, rawa, dan laut. Akan tetapi, mayoritas hujan asam disebabkan oleh aktivitas manusia seperti industri, pembangkit tenaga listrik, kendaraan bermotor dan pabrik pengolahan pertanian (terutama amonia). Gas-gas yang dihasilkan oleh proses ini dapat terbawa angin hingga ratusan kilometer di atmosfer sebelum berubah menjadi asam dan terdeposit ke tanah. Gas-gas tersebut adalah sulfur dioxide (SO2) dan nitrogen oxides (NOx).
3. Dampak hujan asam akan mengakibatkan sedikitnya species yang bertahan di danau, menghilangkan nutrisi yang dibutuhkan dari tanah, pada tanaman menyapu kandungan nutrisi sebelum pohon-pohon dapat menggunakannya untuk tumbuh serta akan melepaskan zat kimia beracun seperti aluminium yang akan bercampur di dalam nutrisi sehingga apabila nutrisi ini di makan oleh tumbuhan akan menghambat pertumbuhan dan mempercepat daun berguguran, selebihnya pohon-pohon akan terserang penyakit, kekeringan, dan mati. Spesies hewan tanah yang mikroskopis akan langsung mati saat pH tanah meningkat karena sifat hewan mikroskopis adalah sangat spesifik dan rentan terhadap perubahan lingkungan yang ekstrim. Spesies hewan yang lain juga akan terancam karena jumlah produsen (tumbuhan) semakin sedikit. Pada manusia dapat menyebabkan penyakit pernapasan. Selain itu juga dapat mempertinggi resiko terkena kanker kulit karena senyawa sulfat dan nitrat mengalami kontak langsung dengan kulit.
Hujan asam juga dapat mempercepat proses pengkaratan dari beberapa material seperti batu kapur, pasir besi, marmer, batu pada dinding beton serta logam dapat merusak bangunan, patung, kendaraan bermotor dan benda yang terbuat dari batu, logam atau material lain bila diletakkan di area terbuka untuk waktu yang lama.
4. Fenomena hujan asam mulai dikenal sejak akhir abad 17, hal ini diketahui dari buku karya Robert Boyle pada tahun 1960 dengan judul “A General History of the Air“. Buku tersebut menggambarkan fenomena hujan asam sebagai “nitrous or salino-sulforus spiris“.Istilah hujan asam pertama kali digunakan oleh Robert Angus Smith pada tahun 1872 pada saat menguraikan keadaan di Menchester, sebuah daerah industri di Inggris bagian utara. Smith menjelaskan fenomena hujan asam pada bukunya yang berjudul “Air and Rain: The Beginnings of Chemical Technology”.
5. Hujan Asam bisa terjadi di daerah perkotaan karena adanya pencemaran udara dari lalu lintas yang berat dan daerah yang langsung terkena udara yang tercemar dari pabrik. Dapat pula terjadi di daerah perbukitan yang terkena angin yang membawa udara yang mengandung asam. Deposisi kering biasanya terjadi di tempat dekat sumber pencemaran. Seperti di daerah Yogyakarta sudah rawan dengan hujan asam, semakin memburuknya kualitas udara dari tahun ke tahun berdampak buruk di antaranya kemungkinan terjadi hujan asam dan di Yogyakarta fenomena alam itu diperkirakan akan terjadi 10 tahun mendatang. Memang sampai sekarang belum pernah terjadi hujan asam di Yogyakarta, akan tetapi jika kondisi lingkungan dan kualitas udara tidak dijaga, kemungkinan hujan tersebut bisa terjadi sepuluh tahun mendatang.
6. Cara mengatasi hujan asam adalah menggunakan bahan bakar dengan kandungan belerang rendah, mengurangi kandungan belerang sebelum pembakaran, pengendalian pencemaran selama pembakaran, pengendalian setelah pembakaran, dan mengaplikasikan prinsip 3R (Reuse, Recycle, Reduce).



3.2 Saran
Pemerintah harus lebih tanggap terhadap sistem lingkungan hidup agar berkembang pada kebudayaan manusia yang pada giliranya melahirkan pranata sosial, baik dalam pemenuhan kebutuhan bersama maupun kebutuhan dalam persaingan supaya tidak terjadi lagi musibah lingkungan yang diinginkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar